Menanam Bunga “Pengusir Nyamuk” Di Rumah

Oktober 22, 2018

Lavender atau Lavendel, Lavandula ialah genus tumbuhan berbunga yang berasal dari suku Lamiceae yang memiliki 25-30 species. Tumbuhan ini bersal dari wilayah selatan Laut Tengah hingga Afrika tropis dan ke timur hingga India.


Bunga Lavender identik dengan ciri khasnya yaitu memiliki bunga berwarna ungu. Karena memiliki bunga yang cantik banyak orang yang menanam bunga ini untuk dijadikan hiasan dirumahnya baik itu di rungan maupun halaman rumahnya. Terlebuh lagi bunga ini sangat terkenal dengan manfaatnya yang dapat mengusir nyamuk karena bau harum yang dimilikinya.


Cara Menanam Bunga Lavender

a. Pembibitan Bunga Lavender
Lavender dapat dikembangbiakan dengan cara generatif atau melalui biji dan juga dapat dengan cara vegetatif atau melalui stek batang.
1. Perkembangbiakan Bunga Lavender Dengan Biji
Biji benih lavender yang telah disiapkan, selanjutnya disemaikan terlebih dahulu. Media semai yang digunakan yaitu berupa campuran tanah dengan pupuk kompos dan juga sekam padi. Selain menggunakan media semai itu, anda dapat juga menggunakan media semai berupa kompos dari akar pakis. Kompos yang digunakan diusahakan menggunakabn kompos dengan butiran yang halus, memiliki warna gelap pekat dan dalam kondisi yang basah. Komposisi yang digunakan kami sarankan dalam penggunaan tanah dan pupuk kompos yaitu memiliki perbandingan 1 : 1 atau dengan kata lain banyak tanah dan pupuk kompos yang digunakan sama.

2. Perkembangbiakan Bunga Lavender dengan Stek Batang
Setelah berumur sekitar 6 hingga 12 bulan, lavender akan mulai berbunga. Untuk memperbanyak bunga lavender dapat dilakukan dengan melakukan stek batang. Cara stek batang yaitu batang tanaman lavender yang telah berumur cukup tua dipotong kemudian setelah itu dapat langsung ditanam di tanah. Awal penanaman dengan stek batang ini memang batang akan terlihat rontok danb layu namun tak lama kemudian tunas baru akan mulai muncul dari buku-buku batang. Catatan: jangan letakkan atau tanam batang stek lavender pada tempat yang panas.



b. Menanam Bunga Lavender
Setelah tunas bunga lavender telah tumbuh dan memiliki ketinggian sekitar 5 cm, bibit dapat dipindah tanamkan ke dalam pot tanam yang berukuran cukup besar agar nantinya tidak perlu repot lagi memindahkan ke dalam pot lain.
Apabila bunga lavender tidak akan ditanam dalam pot, usahakan bunga lavender ditanam pada tempat yang mendapatkan sinar matahari yang cukup, idealnya bunga lavender mendapatkan sinar matahari selama 7 hingga 8 jam per hari secara penuh untuk proses fotosintesis.
Dalam melakukan penanaman bunga lavennder ini, usahakan media tanam yang digunakan memiliki sistem aerasi yang baik karena bunga lavender tidak menyukai lingkungan yang lembab dan memiliki curah hujan yang tinggi.



c. Perawatan Bunga Lavender
Setelah melakukan penanaman maka perlu dilakukan perawatan agar bunga lavender dapat tumbuh dengan baik. berikut adalah cara merawat tanaman bunga lavender:
  • Pemangkasan
    Agar mendapatkan semak yang sehat dan kuat maka perlu dilakukan pemangkasan pada tanaman bunga lavender. Pemangkasan ini dilakukan pada saat tanaman bungqa lavender masih muda. Kuncup bunga pada tahun pertama dipotong agar mendapatkan semak dengan ukuran besar dengan paju yang berlimpah pada musim berikutnya.
  • Pemupukan
    Kesuburan yang dimiliki oleh media tanam semakin lama akan semakin berkurang maka sangat diperlukanh pemupukan ulang agar tanaman bunga lavender dapat mendapatkan nutrisi yang cukup untuk pertumbuhannya. Pemupukan tersebut dilakukan dengan menggunakan pupuk organik seperti pupuk kandang atau bisa juga pupuk kompos.Pemberian pupuk tersebut dilakukan minimal sebanyak 2 minggu sekali. Sebenarnya penggunaan pupuk kimia juga boleh tapi asalkan dengan dosis yang cukup dan pemberiannya jangan terlalu sering.(*)
Sumber : www.faunadanflora.com

Sukses Budidaya Cabe Rawit

Oktober 16, 2018
Cabe rawit (Capsicum frutescens) merupakan tanaman dari benua Amerika. Tanaman ini cocok dikembangkan di daerah tropis terutama sekitar khatulistiwa. Tanaman ini paling cocok ditanam di dataran rendah dengan ketinggian 0-500 meter dpl. Meskipun begitu, cabe rawit bisa tumbuh baik hingga ketinggian 1000 meter dpl. Untuk tempat yang terlalu tinggi, produktivitas tanaman akan berkurang.

Di dataran tinggi, tanaman cabe rawit masih bisa berbuah. Hanya saja periode panennya lebih sedikit dibanding dataran rendah. Selain itu, produksi biji pada buah cabe rawit lebih sedikit. Ini bisa dianggap keunggulan atau kelemahan. Karena tentu saja konsumen menyukainya namun bobot buah menjadi ringan.

Cabe rawit yang dibudidayakan di Indonesia sangat beragam. Secara umum, masyarakat mengenal cabe rawit putih dan cabe rawit hijau. Padahal setiap tempat memiliki macam cabe rawit yang berbeda-beda.

Budidaya cabe rawit relatif lebih rendah resikonya dibanding cabe besar. Tanaman ini lebih tahan serangan hama, meskipun hama yang menyerang cabe besar bisa juga menyerang cabe rawit. Kali ini alamtani menguraikan kiat-kiat usaha budidaya cabe rawit, mulai dari pemilihan benih hingga penanganan panen.



Pemilihan benih cabe rawit

Dewasa ini telah banyak tersedia benih cabe rawit hibrida dengan keunggulannya masing-masing. Pilihlah benih yang sifatnya sesuai dengan kondisi lahan masing-masing. Bila sulit didapatkan atau harganya mahal, kita bisa menyeleksi benih cabe rawit sendiri.

Benih cabe rawit bisa didapatkan dari hasil panen sebelumnya. Gunakan buah dari hasil panen ke-4 hingga ke-6. Buah yang dihasilkan pada periode panen ini biasanya memiliki biji yang optimal. Pada hasil panen pertama hingga ketiga, biji dalam buah cabe rawit biasanya masih sedikit. Sedangkan menjelang periode akhir panen jumlah biji banyak tapi ukurannya kecil-kecil.

Untuk memilih benih cabe rawit yang baik, pilih beberapa tanaman yang sehat dan terlihat kuat. Dari tanaman tersebut pilih buah yang bentuknya sempurna, bebas dari serangan penyakit dan hama. Kemudian biarkan buah tersebut menua pada pohon. Kalau memungkinkan biarkan buah hingga mengering di pohon.

Setelah buah dipetik, potong secara membujur kulit buahnya. Buang biji yang terdapat pada bagian pangkal dan ujung buah, ambil biji pada bagian tengah. Biji pada bagian tengah biasanya yang paling berkualitas.

Kemudian rendam biji cabe rawit tersebut dalam air bersih. Buang biji yang mengambang, biji yang cocok jadi benih adalah yang berisi dan tenggelam dalam air. Kemudian jemur biji tersebut hingga kering, kira-kira selama 3 hari.

Kecuali untuk benih organik, kita bisa memberikan fungisida untuk menghindari serangan jamur. Kemudian simpan benih ditempat yang kering dan masih memiliki sirkulasi udara. Bila penyimpanannya benar, benih cabe rawit bisa bertahan hingga dua tahun.
Benih yang baik mempunyai daya tumbuh hingga 80 persen. Semakin lama benih disimpan, daya tumbuhnya akan terus berkurang. Bila daya tumbuhnya kurang dari 50 persen, sebaiknya jangan gunakan benih tersebut.



Penyemaian benih cabe rawit

Kebutuhan benih untuk satu hektar lahan budidaya cabe rawit sekitar 0,5 kg. Benih tersebut harus disemaikan terlebih dahulu untuk dijadikan bibit. Tempat penyemaian hendaknya diberi naungan untuk menghindari terik matahari langsung, kucuran hujan deras dan terpaan angin.

Siapkan polybag berukuran 5×10 cm kemudian isi dengan media persemaian hingga ¾ bagiannya. Media persemaian terdiri dari campuran tanah, arang sekam dan kompos dengan perbandingan 1:1:1. Ayak terlebih dahulu bahan-bahan tersebut dan aduk secara merata. Silahkan baca lebih lanjut membuat media persemaian.

Setelah media persemaian siap, rendam benih cabe rawit dengan air hangat selama kurang lebih 6 jam. Maksudnya untuk merangsang pertumbuhan. Kemudian masukkan benih kedalam polybag sedalam 0,5 cm, tutup permukaannya dengan media tanam.

Penyiraman dilakukan setiap pagi dan sore. Agar kucuran air tidak merusak media tanam, tutup permukaan polybag dengan kertas koran. Kemudian siram permukaan kertas koran dengan gembor hingga airnya menetes ke permukaan polybag.

Benih akan tumbuh menjadi bibit cabe rawit maksimal setelah dua minggu. Tapi biasanya pada hari ke-7 bibit sudah mulai tumbuh. Bibit cabe rawit baru bisa dipindahkan ke lahan terbuka setelah berdaun 4-6 helai atau kira-kira berumur 1 hingga 1,5 bulan.


Pengolahan tanah dan penanaman

Pengolahan tanah hendaknya dimulai bersamaan dengan pembibitan. Sehingga ketika bibit cabe rawit siap tanam, lahan sudah siap untuk dipakai.
Pengolahan tanah diawali dengan mencangkul atau membajak lahan sedalam kira 40 cm. Apabila lahan terlalu asam, netralkan dengan dolomit biasanya sekitar 1-4 ha/ton tergantung tingkat keasaman tanah.

Kemudian buat bedengan dengan lebar 100-110 cm dengan tinggi 30-40 cm dan panjang mengikuti kondisi lahan.Jarak antar bedengan selebar 60 cm. Campurkan pupuk organik, berupa kompos atau pupuk kandang sebanyak 15-20 ton/ha. BIla tanahnya kurang subur bisa juga ditambahkan urea, SP36 dan KCl secukupnya.
Penggunaan mulsa plastik hitam perak sebenarnya akan meningkatkan produktivitas, namun harus dipertimbangkan dengan matang karena biayanya. Melihat harga rata-rata cabe rawit dipasaran tidak setinggi cabe besar, penggunaan mulsa bisa merugikan.
Sebagai alternatifnya bisa digunakan mulsa dari jerami. Hanya saja perlu pengawasan lebih agar pemakaian jerami tidak mengundang hama dan penyakit.

Buat lubang tanam dengan jarak 50-60 cm, lubang tanam dibuat dalam dua baris dalam satu bedengan dengan jarak antar baris 60 cm. Pembuatan lubang dibuat zig-zag tidak sejajar. Hal ini berguna untuk meningkatkan penetrasi sinar matahari dan sirkulasi udara.
Pindahkan bibit dalam polybag semai kedalam lubang tanam dengan menyobek atau mencopot polybag semai. Kemudian siram dengan air untuk menjaga kelembabannya. Pemindahan bibit hendaknya dilakukan pada pagi atau sore hari. Upayakan penanaman dalam satu hamparan bisa selesai dalam sehari.


Perawatan budidaya cabe rawit

Penyiraman diperlukan saat musim kemarau saja. Bila konsidisi terlalu kering tanaman cabe rawit bisa mati. Pengairan bisa dilakukan dengan kocoran atau merendam bedengan. Perendaman bendengan cukup dilakukan setiap dua minggu sekali.
Pemukan susulan ditambahkan setelah tanaman berumur 1 bulan sejak di bibit ditanam. Selanjutnya berikan pemupukan susulan setiap habis panen. Pemupukan susulan bisa menggunakan pupuk organik cair atau kompos. Berikan pupuk cair yang telah diencerkan sebanyak 100 ml untuk setiap tanaman. Sedangkan pupuk kompos sebanyak 500-700 gram. Bisa juga ditambahkan urea dan NPK sebagai pupuk tambahan.
Perawatan lain yang diperlukan adalah penyiangan. Karena budidaya cabe rawit jarang menggunakan mulsa maka penyiangan harus dilakukan lebih intensis. Upayakan bedengan untuk besih dari gulma.


Pengendalian hama dan penyakit

Tanaman cabe rawit sebenarnya agak tahan terhadap serangan hama. Namun bukan berarti kebal sama sekali. Hama yang menyerang cabe besar bisa juga menyerang tanaman cabe rawit. Hama tersebut antara lain, aphid, lalat buah, kepik, dll.

Sedangkan penyakit yang biasa menyerang tanaman cabe rawit adalah patek, kerdil, keriting daun dan busuk buah. Penyakit kebanyakan menyerang pada musim hujan, terutama pada curah hujan tinggi. Untuk pengendalian lebih lanjut, silahkan baca hama dan penyakit tanaman cabe.


Pemanenan cabe rawit

Cabe rawit sudah mulai berbuah dan bisa dipanen setelah berumur 2,5-3 bulan sejak bibit ditanam. Periode panen bisa berlangsung selama 6 bulan bahkan lebih. Umur tanaman cabe rawit bisa mencapai 24 bulan. Frekuensi panen pada periode masa panen tersebut bisa berlangsung 15-18 kali. Namun semakin tua tanaman, produktivitasnya semakin rendah sehingga tidak ekonomis lagi untuk dipelihara. Untuk budidaya intensif, biasanya tanaman cabe rawit dipelihara hingga berumur 12 bulan. Budidaya yang baik bisa menghasilkan total produksi hingga 30 ton/ha.

Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari. Caranya dengan memetik buah beserta tangkainya. Buah cabe rawit yang dikehendaki adalah yang bentuknya ramping dan padat berisi. Tipe buah seperti ini biasanya rasanya pedas dan dihargai lebih tinggi di pasar dibanding buah yang besar namun kopong.

Sumber : https://alamtani.com/budidaya-cabe-rawit/

Sauto Makanan Khas Tegal, Perpaduan Resep Jawa dan Tionghoa

Oktober 11, 2018

Singgah di Kota Tegal, jangan lewatkan kesempatan untuk mencicipi sauto, makanan khas kota bahari. Ada banyak tempat yang menawarkan makanan khas yang satu ini. Kuliner satu ini menjadi salah satu makanan khas Tegal yang kelezatannya benar-benar tak ada duanya.

Sauto adalah soto versi Tegal, yang membedakan sauto Tegal dengan soto didaerah lainnya yaitu adanya campuran tauco di dalamnya, sehingga namanya jadi sauto. Dalam sauto terdapat akulturasi kuliner Jawa dan Tionghoa. Tampilannya sama seperti soto yang biasa ditemui di kota mana pun di Nusantara. Kuah bening berwarna kecoklatan dengan segala isian soto ditampung di sebuah mangkuk bulat.


Mungkin terdengar aneh bagi orang dari luar Tegal, mengetahui bahwa tauco bisa menjadi makanan yang nikmat. Rasa dasar tauco yang cenderung asam, membuat sebagian orang yang sama sekali belum pernah menikmati sauto tauco mengerutkan dahi. Akan terbayang rasa asam dari tauco.

Rasanya gurih dan segar dengan tambahan tauco, ada sentuhan rasa asam dan aroma eksotik khas tauco. Tentu saja, bumbu beraroma tajam seperti tauco ini tidak disukai semua orang. Sekali mencicipi bisa membuat ketagihan. Rasa asam dan bau tauco yang menyengat tidak begitu terasa, justru nikmat di lidah.


Biasanya di warung soto, sauto tauco dengan berbagai pilihan daging pelengkap. Dulu mungkin sauto tauco identik dengan daging babat, tetapi kini sudah bervariasi baik dengan daging ayam, babat, maupun daging sapi.

Untuk membuat sauto tauco ada resep rempah-rempah yang dicampurkan di dalam tauconya. Tauco dibeli di pasaran, namun ketika akan dibuat makanan, tauco tersebut dimasak dan dicampur bumbu. Inilah yang membuat rasa sauto tauco nikmat. Ditambah dengan sayuran seperti tauge yang sudah direbus, potongan daun bawang dan daging sesuai selera seperti babat, ayam atau daging sapi, semakin menambah nikmat. Kuahnya lezat dan ditambah sambal jadi tambah nikmat. Lalu rasa tauconya sangatlah kuat dan memang jadi terasa nikmat. Suwiran ayamnya juga cukup banyak. 

Selain khas dengan tauconya, sauto disajikan dengan mangkuk kecil yang membuat seluruh isi sauto nampak memenuhi seluruh mangkuk.

Sumber : www.viva.co.id


Fakta Pertanian di Indonesia

Oktober 11, 2018

Sebutan Indonesia sebagai negara agraris rupanya belum mampu mendorong kesejahteraan petani. Seperti yang kita ketahui bahwasanya pertanian di Indonesia itu adalah sebuah mayoritas, mungkin semakin lama semakin tidak ada (mungkin), kali ini Kami akan mengupas beberapa fakta pertanian di Indonesia.

1. Petani beras di Indonesia sebagian besar adalah petani subsisten bukan petani komersil 

 
Pertanian subsisten adalah pertanian swasembada (self-sufficiency) di mana petani fokus pada usaha membudidayakan bahan pangan dalam jumlah yang cukup untuk mereka sendiri dan keluarga. Ciri khas pertanian subsisten adalah memiliki berbagai variasi tanaman dan hewan ternak untuk dimakan, terkadang juga serat untuk pakaian dan bahan bangunan. Keputusan mengenai tanaman apa yang akan ditanam biasanya bergantung pada apa yang ingin keluarga tersebut makan pada tahun yang akan datang, juga mempertimbangkan harga pasar jika dirasakan terlalu mahal dan mereka memilih menanamnya sendiri. Meski dikatakan mengutamakan swasembada diri sendiri dan keluarga, sebagian besar petani subsisten juga sedikit memperdagangkan hasil pertanian mereka (secara barter maupun uang) demi barang-barang yang tidak terlalu berpengaruh bagi kelangsungan hidup mereka dan yang tidak bisa dihasilkan di lahan, seperti garam, sepeda, dan sebagainya. Kebanyakan petani subsisten saat ini hidup di negara berkembang. Banyak petani subsisten menanam tanaman pertanian alternatif dan memiliki kemampuan bertani yang tidak ditemukan di metode pertanian maju.

Contoh, seorang petani beras, akan menjual beras yang dipunya setelah kebutuhan berasnya sudah terpenuhi. Akibatnya jumlah komoditas yang tersedia di pasar tergantung sama surplusnya petani tersebut. Permasalahnya petani tersebut tidak peduli dengan jumlah produksinya yang penting kebutuhannya terpenuhi. Berbeda dengan petani komersil yang akan mengusahakan pertaniannya untuk keuntungan.


2. Indonesia krisis regenerasi petani muda


Generasi muda Indonesia makin banyak yang menjauhi profesi sebagai petani, bahkan di kalangan mahasiswa lulusan fakultas pertanian itu sendiri. Salah satu gejala yang terlihat di banyak daerah adalah tingkat urbanisasi yang tinggi dan otomatis menganaktirikan bidang pertanian di desa.

Petani dianggap bukan profesi yang menjamin finansial di tengah naiknya harga-harga kebutuhan hidup, apalagi untuk investasi masa depan: biaya kuliah, cicilan rumah, pensiun.

Angkatan muda yang emoh mengolah lahan membuat jumlah petani menyusut. Riset Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP) pada 2015, bertajuk “Regenerasi Petani”, mengungkap kondisi yang sama. Ada 96,45 persen petani tanaman pangan di empat lokasi penelitian (Tegal, Kediri, Karawang, dan Bogor) berusia 30 tahun atau lebih, sedangkan 3,55 persennya berumur di bawah 30 tahun, dan 47,57 persen petani tanaman pangan berusia 50 tahun atau lebih.

Keinginan rendah menjadi petani dipengaruhi oleh persepsi responden yang kurang baik atas situasi pertanian saat ini. Mayoritas 42 persen responden menyatakan kondisi pertanian sekarang memprihatinkan, dan sisanya menyatakan biasa saja (30 persen) dan membanggakan (28 persen). Adapun 66,7 persen responden usaha tani hortikultura menyatakan bidang pertanian itu memprihatinkan. Sisanya menyatakan biasa saja (26,7 persen) dan menganggap membanggakan (6,7 persen).

Dalam rilis pers, Kepala Pusat Penelitian Kependudukan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Dra. Haning Romdiati, M.A menyatakan kondisi minat rendah generasi muda menjalani profesi tani otomatis mengancam kedaulatan produksi pangan Indonesia di masa depan.

Kondisi itu bukan semata karena minimnya tranfer keterampilan pertanian dari orang tua atau masyarakat. Tetapi ada perubahan keluarga, sekolah, sawah, aktivitas non-pertanian, yang justru mengasingkan generasi muda dari lingkungan tempat hidupnya.


3. Rata-rata luas yang digarap petani sempit (petani gurem)


Luas lahan yang dimiliki petani sangatlah kecil, keadaan ini diperparah dengan laju alih fungsi lahan yang tak terbendung. Banyak sekali lahan pertanian produktif yang diubah menjadi lahan untuk peruntukan lain.


4. Penyuluh pertanian

 
Selain kekurangan penyuluh pertanian, ternyata kita juga mengalami masalah lain, yaitu kita butuh regenerasi penyuluh pertanian. Penyuluh pertanian merupakan bagian terpenting karena mereka adalah ujung tombak pelayanan dari pemerintah. Penyuluh pertanian memiliki tugas dan fungsi memberikan penyuluhan kepada petani melalui pendekatan kelompoktani agar pengetahuan, keterampilan maupun sikap petani menjadi lebih baik dalam mengelola usahatani guna meningkatkan kesejahteraannya.

Sumber : 
  • wikipedia
  • tirto.id

Silaturahmi dengan tokoh agama

Oktober 01, 2018